EVALUASI PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO, WONOSOBO

Abstract

Keberhasilan dan keberlanjutan dari upaya pembangunan sangat ditentukan oleh pengelolaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, terutama oleh operator dan petugas administrasi yang secara langsung berkaitan dengan operasional. Banyak pembangkit mikrohidro milik pemerintah daerah yang telah dibangun, namun tidak diimbangi dengan manajemen yang baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat tidak lagi beroperasi. Agar mikrohidro dapat berjalan dengan baik dan stabil, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil energi listrik per tahun. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menghitung energi listrik selama satu tahun dengan membandingkan perhitungan energi aktual yang dihasilkan dengan target yang telah ditetapkan. Dengan perbandingan antara hasil nyata dan target, akan diketahui sejauh mana pencapaian tersebut dan apakah terdapat kerusakan atau penurunan kinerja peralatan mikrohidro. Selama satu tahun, PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) Wangan Aji menghasilkan energi listrik sebesar 770.400 kWh dengan harga jual Rp 656 per kWh, sehingga pendapatan dari penjualan listrik ke PLN adalah sebesar Rp 505.382.400 dalam satu tahun. Namun, hasil aktual di lapangan hanya mencapai 486.180 kWh, sehingga pendapatan aktual yang diperoleh adalah sebesar Rp 315.522.800. Kerugian produksi mikrohidro mencapai 284.220 kWh. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi penurunan produksi energi mikrohidro Wangan Aji, yaitu: Faktor alam seperti banjir, Faktor kerusakan baik secara mekanik maupun elektrik, Faktor manusia, yakni keterbatasan kemampuan operator. Agar pada tahun-tahun mendatang PLTMH Wangan Aji dapat beroperasi secara lebih stabil, maka perlu dilakukan peningkatan jam produksi, pembangunan bak penenang (sedatif) agar dapat tetap beroperasi saat banjir, serta peningkatan kemampuan operator dalam mengoperasikan dan menangani kerusakan mikrohidro.